Menyaksikan mentari terbit dari
puncak gunung merupakan satu kemewahan yang tidak semua orang bisa
menikmatinya. Rute yang ekstrim, cuaca yang tidak menentu, perjalanan yang
berat, serta jauhnya jarak yang harus ditempuh dengan berjalan kaki menjadi
penghalang utama bagi sebagian orang. Namun hal ini tidak berlaku di Gunung
Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul. Hanya memakan waktu 1 hingga 1,5 jam
pendakian, Anda akan tiba di puncak barat Gunung Nglanggeran, Gunung Gede.
Pemandangan indah yang memanjakan mata pun menyambut. Sejauh mata memandang
yang terlihat hamparan awan di ketinggian, jajaran gunung batu dengan bentuk
yang unik, perkampungan warga, serta hijaunya sawah dan ladang. Saat senja
menjelang, Kota Jogja akan terlihat laksana lautan kunang-kunang. Taburan
cahaya bintang dan gemerlap lampu kota yang terlihat dari kejauhan menjadi
pemandangan romantis bagi siapa saja yang berkemah di gunung ini.
Gunung Nglanggeran merupakan
gunung api purba yang pernah aktif puluhan juta tahun lalu. Terletak di kawasan
karst Baturagung, gunung yang litologinya tersusun oleh fragmen material
vulkanik tua ini memiliki dua puncak yakni puncak barat dan puncak timur, serta
sebuah kaldera ditengahnya. Saat ini Gunung Nglanggeran berupa deretan gunung
batu raksasa dengan pemandangan eksotik serta bentuk dan nama yang unik dengan
beragam cerita rakyat sebagai pengiringnya. Gunung-gunung tersebut biasanya
dinamakan sesuai dengan bentuknya, seperti Gunung 5 Jari, Gunung Kelir, dan
Gunung Wayang.
Hari masih pagi tatkala YogYES
menuju puncak timur Nglanggeran. Menurut pengelola, tempat ini merupakan spot
terbaik untuk menikmat sunrise. Sayangnya saat YogYES tiba awan pekat
enggan beranjak sehingga menutupi sinar mentari. Berhubung tidak bisa
menyaksikan sunrise, YogYES pun memilih untuk mengunjungi rumah Mbah
Redjodimulyo selaku sesepuh yang tinggal di Pucak Nglanggeran. Menurut Mbah Redjo,
Dusun Tlogo Mardidho yang ada di Puncak Nglanggeran hanya boleh dihuni oleh 7
kepala keluarga. Jika kepala keluarga yang tinggal di dusun ini kurang atau
lebih maka akan terjadi hal-hal buruk yang tidak diinginkan. Hal ini bisa
dilihat dengan keberadaan makam di Puncak Nglanggeran. Oleh karena itu, jika
anak-anak mereka sudah berkeluarga maka keluarga baru tersebut harus
meninggalkan Dusun Tlogo Mardhido.
Usai mengunjungi dusun dengan 7
kepala keluarga, YogYES pun kembali ke basecamp dan mencoba mendaki
Gunung Gede. Berbeda dengan puncak timur yang masih bisa dicapai menggunakan
sepeda motor, untuk mencapai Gunung Gede siapapun wajib tracking.
Menyusuri jalan setapak dengan bukit batu di sisi kanan dan kiri jalan menjadi
pengalaman mengasyikkan. Semakin ke atas, jalan semakin terjal. Beberapa tali
dipasang guna memudahkan para pendaki. Belum usai menghela nafas, tantangan
baru menghadang. Sebuah celah sempit nan curam dengan bukit batu di kanan dan
kirinya menyambut. Lorong sempit yang agak gelap ini hanya bisa dilewati oleh
satu orang. Sesaat setelah berhasil menaklukannya seorang kawan berujar,
"Ini seperti di film 127 Hours, menegangkan tapi keren..."
http://www.yogyes.com/
http://www.yogyes.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar